Lebih dari seminggu aku tidak bekerja di studio jahit, sakit. Karena itu aku disarankan untuk istirahat.
Selama beristirahat di rumah, aku malah merencanakan banyak hal untuk kukerjakan. Mumpung bisa seharian di rumah.
Karena aku adalah orang yang tidak suka bermuram durja, gundah gulana sedih tiada tara, maka aku harus mampu menikmati apapun yang terjadi dalam hidupku.
***
Hari pertama.
Sakit membuatku malas bangkit dari tempat tidur *ssstt…(bacanya jangan keras-keras), aku bisa memuaskan kegemaranku, tidur*.
Hari pertama aku sukses menikmati sakitku dengan memuaskan tidur, walau sebentar-sebentar bangun karena pusing, tapi yang penting aku bisa tidur kapanpun aku mau. *puk-puk bantal*
Hari kedua.
Sudah mulai bisa turun dari tempat tidur, walau cuma pindah tempat, karena aku kembali berbaring di depan televisi. Badan tidak bergerak sebagaimana mestinya itu malah terasa tidak nyaman.
Karena tidak selera makan, tapi harus makan, maka aku makan kulkas, eh maksudnya aku berlama-lama di depan kulkas, mencari makanan yang kuperkirakan akan terasa enak di lidahku dan setelah kumakan perutku tak memutahkannya.
Di kulkas ada beberapa potong ubi ungu yang kukukus dua hari sebelumnya.
Wah dibikin puding mungkin enak ya?, mulailah aku mereka-reka bagaimana membuatnya. Maklum aku tidak suka memasak,
Jadilah hari kedua aku membuat puding ubi ungu, dan berhasil teman-teman! *dunia harus tahu*
Yup! hari kedua sakit telah kulalui dengan keberhasilan membuat puding ungu nan cantik dan lezat *angkat dagu, busungkan dada*
Hari ketiga.
Aku masih merasa lemas, tapi keadaannya telah lebih baik.
Saat lihat rak sepatu, kok banyak kardus yang menumpuk ya?, mulailah aku membenahi kardus-kardus sepatu tersebut. Hickz, ternyata banyak sepatu yang kulitnya terkelupas karena jarang dipakai dan terlalu lama di dalam kardus.
Aku memisahkan mana sepatu yang masih bagus dan mana yang tak akan lagi kupakai (walau masih layak pakai). Tak sampai satu jam, dua rak sepatu telah rapi, 60% isinya telah berpindah ke dua tas plastik besar. Senang rasanya melihat rak sepatu yang bersih, isinya hanya 10 pasang sepatuku.
Sepatu yang masih layak pakai namun aku enggan memakainya akhirnya berpindah ke tangan yang mau menerimanya.
Hari ke tiga sakit malah membuatku ingin terus membersihkan rumah. Selain rumah terasa lebih bersih dan lapang, aku juga mulai belajar untuk tidak menambah tempat penyimpanan barang. Jadi menurutku akan lebih baik jika aku membeli sepatu lagi, maka harus ada sepatu lama yang “dihibahkan”, begitu pula barang-barang lainnya.
Sebelum tidur, aku telah mengagendakan besok adalah hari membersihkan semua lemari pakaian. Lemari orang tuaku dan lemariku sendiri.
Hari ke empat.
Aku segera memindahkan setengah isi lemari kami ke dalam beberapa tas plastik besar. Beberapa tas plastik inipun dengan sukses berpindah tangan.
Lega sekali rasanya melihat isi lemari pakaianku tak lagi berjejalan.
Hari ke empat sakit membuahkan niat untuk tak lagi koleksi baju, tas dan sepatu. Ternyata aku malah merasa bahagia saat melihat baju, tas dan sepatuku hanyalah yang sering kupakai saja. Dulu rasanya kok ketinggalan jaman banget kalau ke pesta tasnya dari itu ke itu terus. Sekarang rasa itu telah sirna, menguap entah kemana, mungkin juga karena pengaruh usia ya?. Sudah mulai “matang”, percaya dirinya lebih kuat tertanam, sehingga tetap PD walau memakai tas yang itu-itu juga.
Hari ke lima.
Aku membersihkan kamar jahit, hasilnya ada sat seprei katun yang sudah tak dipakai, kugunting kecil-kecil, kugunakan untuk lap. Mulailah aku mengelap kaca, ngelap perabot rumah tangga, hingga setengah dari seprei itu berpindah ke tempat sampah.
Hari ke lima sakit membuat kaca jendela kinclong.
Hari ke enam.
Hari ini kujadwalkan untuk membersihkan pot bunga, dan mengganti tanahnya. Jadilah aku angkat-angkat pot, mencampur tanah dengan pupuk kandang, lalu memasukkannya kembali ke dalam pot. Capek. Lalu aku kembali merasa pusing, hal ini (kuduga) disebabkan terlalu lama terkena sinar matahari (dari pagi sampai menjelang ashar terpapar matahari).
Hari ini kujanjikan pada diriku untuk lebih telaten merawat tanaman.
Oh ya tetangga sebelahku yang juga hobi bercocok tanam memberiku beberapa pot tanaman. Akh senangnya mempunyai tetangga yang baik *peluk*
Hari ke tujuh.
Hari ini aku menikmati liburan. Liburan kemana?, rahasia dunk #halahHari ke delapan.
Masih menikmati liburan.
Hari ke sembilan.
Masih menikmati liburan walau kedinginan.
Hari ke sepuluh.
Mulai mikir jahitan, dan langsung menuju studio jahit. Seperti kuduga, patnerku kembali menggunakan jasa tukang potong, dan hasilnya banyak yang perlu dibenahi. Seorang tukang jahit juga tiba-tiba merangkap jadi tukang potong karena aku tidak bekerja.
Kasihan patnerku, karena dia harus memberitahu ini dan itu pada tukang potong dadakan, dan ini tentu saja menyita waktu, padahal dia juga harus mengurusi pelanggan yang datang sekaligus membuat pola. Maka hari itu juga aku mulai memotong kain. Baru satu potong mulai pusing (padahal liburan 3 hari gak pusing). Akhirnya aku membawa pekerjaan ke rumah.
Hari ke sebelas.
Hari ini aku tak mau lagi beristirahat di rumah. Walau rasa pusing masih sering terasa, namun aku harus bekerja di studio jahit.
Yak! mulai hari ini aku sudah kembali memotong kain dan membuat pola. Kalau pusing, aku tiduran di studio jahit.
Untunglah aku sakit saat murid sekolah libur, jadi aku juga libur mengajar, sehingga aku bisa pulang ke rumah sebelum magrib dan menikmati waktu istirahat yang lebih panjang.
Meski sakit, jika dinikmati, bisa juga mendatangkan banyak manfaat.
Apalagi jika menjalani sakit dengan sabar, itu akan menggugurkan dosa-dosa kecil.
Terakhir, kita harus terus bertekad dan berupaya untuk sembuh. Sabar menanti kesembuhan akan memotivasi kita untuk tidak menyerah pada rasa sakit dan membuat kita “merasa sembuh” tidak hanya pada fisik, namun juga pada sisi spiritual.
Wallahu a’lam bishshawab