Sebagai guru les privat maka sayalah yang mendatangi rumah murid untuk mengajar, bukan sebaliknya.
Rata-rata orang tua murid berpenghasilan besar. Uang bukanlah masalah bagi mereka.
Suatu hari salah seorang orang tua murid bertanya apakah saya masih mempunyai waktu luang untuk mengajar, karena teman orang tua murid ini berminat memakai jasa saya untuk mengajari anak-anaknya.
singkat cerita saya pun janjian dengan ibu calon murid, untuk datang ke rumah beliau.
Keesokan paginya saya datang ke alamat yang sudah diberikan ibu itu lewat sms. Sebuah rumah mewah (paling mewah di komplek itu), dengan beberapa mobil berjajar rapi plus beberapa pembantu.
Saya pun bertemu dengan ibu calon murid, seorang ibu yang ramah, dan kemudian saya ketahui dia mempunyai beberapa usaha. Beliau meminta saya langsung mengajar hari itu juga.
Saya datang setiap hari untuk mengajar 3 anak (2 laki-laki dan 1 perempuan) yang berbeda kelas, 1 anak jatahnya 2 hari pertemuan.
Hingga 3 tahun mengajar, saya belum pernah bertemu dengan ayah dari anak-anak manis ini, kata mereka, ayahnya sibuk, pulangnya larut malam, begitu pula ibunya.
Ya saya hanya bertemu ibunya saat pertemuan awal sebelum saya mulai mengajar.
Seiring waktu, tak terasa saya telah mengajar mereka selama 3 tahun. Saya tidak hanya mengajar pelajaran sekolah, namun saya juga mengajarkan mereka untuk sholat berjamaah, saya juga menemani mereka makan malam (tanpa ikut makan, hanya menemani mereka di meja makan).
Jika hari libur mereka bermain ke rumah saya, kadang kami nonton dan makan bersama di luar.
Saya merasakan betapa anak-anak manis ini membutuhkan sosok dewasa yang bisa mendengarkan dan bisa “diajak bicara”. Saya merasa kasihan pada mereka, ditengah gelimang harta, mereka merindukan sosok dewasa yang mampu mendampingi mereka.
Suatu hari murid saya yang perempuan menelpon saya dengan nada cemas, dia meminta saya datang kerumahnya, ternyata anak ini sedang mendapatkan haid pertamanya, dia ketakutan, kerena dia pikir ada yang terluka di bagian dalam tubuhnya. Saya peluk dia dan saya terangkan bahwa itu adalah hal yang normal terjadi pada peremuan. Mengapa saya yang pertama kali dihubungi?, mengapa bukan ibunya?. Ternyata ibunya tak menjawab panggilan telepon dari anaknya. Mungkin ibu itu sedang sibuk.
Dan saya juga bertanya dalam hati, mengapa ibu itu tidak memberitahu pada anaknya yang beranjak baligh tentang pengetahuan reproduksi?, bukankah itu juga sebagian tugas dari orang tua?.
Karena kesibukan saya, saya tak bisa lagi mengajar mereka. Namun kami masih saling komunikasi lewat telepon, facebook, maupun chatting di Yahoo Messenger.
Suatu saat, saya menuliskan komentar di facebook salah satu anak tsb,
“Hai sudah lama ya tidak main ke rumah miss Novi”, eh tiba-tiba dikomentari oleh ibunya,
“Nak kita besok nonton film ya, filmnya bagus lho”
Beberapa hari kemudian, anaknya menulis di dinding facebook saya, mengajak saya untuk jalan.
Lagi-lagi ibunya berkomentar(kebetulan saya dan ibunya berteman di facebook)
“Kok miss Novi yang diajak?, kok bukan mama?. Miss Novi sibuk nak, besok mama temani saja”.
Kejadian ini terulang hingga beberapa kali, sampai saya sering mengurungkan niat untuk komentar di facebook anaknya.
Ketika saya tanyakan pada anaknya,
“Kok kayaknya mas Arif (nama anak tersebut *nama samaran*) gak boleh keluar sama miss Novi sih?, apa miss Novi salah ya?”
anaknya menjawab.
“Mama cemburu sama miss Novi, soalnya nama miss Novi sering disebut-sebut, jadi kata mama,ibu kalian ini siapa sih?, mama atau miss Novi?”
“Sekarang mama sering jalan-jalan sama kami, pulangnya gak larut malam lagi”, Arif menambahkan
Syukurlah ibu itu cemburu. Artinya beliau tahu bahwa selama ini saya telah mencuri perhatian anak-anaknya.
Saya yakin itulah cara Allah mengajarkan sesuatu pada saya dan menegur kelalaian ibu tersebut agar lebih banyak mendampingi anaknya.
Wallahu'alam
Rata-rata orang tua murid berpenghasilan besar. Uang bukanlah masalah bagi mereka.
Suatu hari salah seorang orang tua murid bertanya apakah saya masih mempunyai waktu luang untuk mengajar, karena teman orang tua murid ini berminat memakai jasa saya untuk mengajari anak-anaknya.
singkat cerita saya pun janjian dengan ibu calon murid, untuk datang ke rumah beliau.
Keesokan paginya saya datang ke alamat yang sudah diberikan ibu itu lewat sms. Sebuah rumah mewah (paling mewah di komplek itu), dengan beberapa mobil berjajar rapi plus beberapa pembantu.
Saya pun bertemu dengan ibu calon murid, seorang ibu yang ramah, dan kemudian saya ketahui dia mempunyai beberapa usaha. Beliau meminta saya langsung mengajar hari itu juga.
Saya datang setiap hari untuk mengajar 3 anak (2 laki-laki dan 1 perempuan) yang berbeda kelas, 1 anak jatahnya 2 hari pertemuan.
Hingga 3 tahun mengajar, saya belum pernah bertemu dengan ayah dari anak-anak manis ini, kata mereka, ayahnya sibuk, pulangnya larut malam, begitu pula ibunya.
Ya saya hanya bertemu ibunya saat pertemuan awal sebelum saya mulai mengajar.
Seiring waktu, tak terasa saya telah mengajar mereka selama 3 tahun. Saya tidak hanya mengajar pelajaran sekolah, namun saya juga mengajarkan mereka untuk sholat berjamaah, saya juga menemani mereka makan malam (tanpa ikut makan, hanya menemani mereka di meja makan).
Jika hari libur mereka bermain ke rumah saya, kadang kami nonton dan makan bersama di luar.
Saya merasakan betapa anak-anak manis ini membutuhkan sosok dewasa yang bisa mendengarkan dan bisa “diajak bicara”. Saya merasa kasihan pada mereka, ditengah gelimang harta, mereka merindukan sosok dewasa yang mampu mendampingi mereka.
Suatu hari murid saya yang perempuan menelpon saya dengan nada cemas, dia meminta saya datang kerumahnya, ternyata anak ini sedang mendapatkan haid pertamanya, dia ketakutan, kerena dia pikir ada yang terluka di bagian dalam tubuhnya. Saya peluk dia dan saya terangkan bahwa itu adalah hal yang normal terjadi pada peremuan. Mengapa saya yang pertama kali dihubungi?, mengapa bukan ibunya?. Ternyata ibunya tak menjawab panggilan telepon dari anaknya. Mungkin ibu itu sedang sibuk.
Dan saya juga bertanya dalam hati, mengapa ibu itu tidak memberitahu pada anaknya yang beranjak baligh tentang pengetahuan reproduksi?, bukankah itu juga sebagian tugas dari orang tua?.
Karena kesibukan saya, saya tak bisa lagi mengajar mereka. Namun kami masih saling komunikasi lewat telepon, facebook, maupun chatting di Yahoo Messenger.
Suatu saat, saya menuliskan komentar di facebook salah satu anak tsb,
“Hai sudah lama ya tidak main ke rumah miss Novi”, eh tiba-tiba dikomentari oleh ibunya,
“Nak kita besok nonton film ya, filmnya bagus lho”
Beberapa hari kemudian, anaknya menulis di dinding facebook saya, mengajak saya untuk jalan.
Lagi-lagi ibunya berkomentar(kebetulan saya dan ibunya berteman di facebook)
“Kok miss Novi yang diajak?, kok bukan mama?. Miss Novi sibuk nak, besok mama temani saja”.
Kejadian ini terulang hingga beberapa kali, sampai saya sering mengurungkan niat untuk komentar di facebook anaknya.
Ketika saya tanyakan pada anaknya,
“Kok kayaknya mas Arif (nama anak tersebut *nama samaran*) gak boleh keluar sama miss Novi sih?, apa miss Novi salah ya?”
anaknya menjawab.
“Mama cemburu sama miss Novi, soalnya nama miss Novi sering disebut-sebut, jadi kata mama,ibu kalian ini siapa sih?, mama atau miss Novi?”
“Sekarang mama sering jalan-jalan sama kami, pulangnya gak larut malam lagi”, Arif menambahkan
Syukurlah ibu itu cemburu. Artinya beliau tahu bahwa selama ini saya telah mencuri perhatian anak-anaknya.
Saya yakin itulah cara Allah mengajarkan sesuatu pada saya dan menegur kelalaian ibu tersebut agar lebih banyak mendampingi anaknya.
Wallahu'alam
wa... kirain cemburu akan cinta buta, padahal cinta itu tak buta, cinta itu tahu duit, rekening bank hingga paypal...
BalasHapuslalu kenapa komentarku jauh berhubungan dengan haid? karena si anak tidak perhatikan oleh ibunya hanya dikasih uang jajan ama ibunya, coba kalo ibunya ngasih uang jajan ke saia, pasti yang cemburu lain lagi..
*kok maleh dowo komentar'e*
@ mas Gajah >ibunya gak bakalan ngasih duit ma mas, soalnya mas gak haid #komenkusut
BalasHapusmaka dari itu saya sudah bertekad untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik... MERDEKAAAA!!
BalasHapus@Ranny > SAYAPUN DEMIKIAN (+ jd istri yang baik dan anggota masyarakat yang baik) !!! TIAAAARAAAP
BalasHapusDan saya bertekad akan mengajari anak saya sendiri#ngak pakai jasa Miss Novi (kaboooor, timbang di toyor miss novi
BalasHapus@Neyna > dan aku bertekad mengajari nak embun...#kalem
BalasHapuskalo oni blom punya anak mbak,, jd maap ne blom bisa pake jasa miss novi,,, hihihi :D
BalasHapus@Afrioni > lho aku gak ngajari anak-anak aja kok, remaja, dewasa...apalagi yg wajahnya kayak Keanu Reeves...pasti semangat :D
BalasHapusCita2 saya menajdi Ibu rumah tangga
BalasHapusSekarang sedang mencari Bapak rumah tangganya #eh, salah ndak? :D
@Anazkia > itu tahapannya sblm mnjdi ibu rumah tangga jeung
BalasHapuswah.... cerita yang bagus mbak... pelajaran buat saya yang pengen banget banget jadi ibu yang baik... mkasih dah berkunjung ke blog saya... salam kenal yaa
BalasHapus