Rasa Aman yang Tercederai

Gambar diambil dari sini


Saya biasa pulang pukul 23 setelah seharian beraktivitas di luar rumah, namun sejak ada berita gank motor yang meresahkan warga saya jadi khawatir untuk pulang larut malam.
Sebenarnya saya tak mengikuti berita tentang gank motor yang konon katanya brutal ini. Hingga saat saya mengantarkan pesanan baju salah satu pelanggan di malam hari (kalau tak salah sekitar pukul 21.30), pelanggan itu mengingatkan agar saya tak di luar rumah malam hari, karena tak jauh dari rumah saya telah terjadi penikaman yang (konon) dilakukan oleh anggota gank motor. Hadeeeeuuuh, saya langsung merinding. Memang sih, saya tahu, saya lebih baik tak keluar malam, apalagi saya perempuan, yang potensi mendapatkan kejahatan lebih banyak daripada pria. Sudah gitu, saya keluar tanpa didampingi laki-laki yang menjadi mahrom saya, yang bisa melindungi saya (soalnya kalau didampingi laki-laki yang bukan mahrom, sama saja mendekatkan diri pada kejahatan dan kemurkaanNYA, haram).
Sejak maraknya berita tentang gank motor yang brutal itu, saya tak lagi berani di luar rumah di malam hari. Paling lambat saya sudah berada di rumah pukul 21.

Setiap manusia membutuhkan jaminan rasa aman. Bahkan menurut saya rasa aman itu adalah rasa yang harus menyertai segala rasa yang  kita rasakan. Apapun kenikmatan hidup yang menghampiri kita, jika tak ada rasa aman, niscaya kita akan was-was dan gelisah, lalu apa yang dinamakan nikmat tak lagi utuh.

Manusia membutuhkan jaminan rasa aman dalam setiap situasi dan kondisi agar dia dapat maksimal menjalankan apa yang telah menjadi tugasnya dan dapat menikmati kebahagiaan tanpa rasa khawatir.
Namun kini saya merasakan makin hari rasa aman semakin menipis. Rasa aman semakin mahal harganya.
Saya yang sudah pernah dicopet, dijambret, dikenai pelecehan saat menggunakan angkot, dicuri saat rumah kosong, kini harus ditambah dengan bayang-bayang kejahatan gank motor. Sepertinya kejahatan malah eksis menunjukan dirinya dengan tanpa malu-malu.
Bukankah kita sering mendengar berita perampokan di bus yang dilakukan segerombolan anak sekolah?, pemerkosaan di angkot, kejahatan hipnotis, pencabulan oleh guru, penipuan dengan berbagai modus, dan seambreg kejahatan yang dengan terang-terangan mencederai rasa aman orang banyak.

Saya berharap aparat penegak hukum dan masyarakat berpadu untuk meminimalisir kejahatan. Namun jika harapan saya pada keduanya tak terpenuhi, kepada siapa lagi saya berharap?.
Akh ternyata saya hanya bisa berharap pada diri saya sendiri (seraya tetap berdoa agar dijauhkan dari segala macam kejahatan) untuk menjaga keamanan dan harga diri saya walau harus menerima pilihan yang tak mengenakan. Pilihan untuk tidak keluar malam, pilihan untuk melepas satu kelas yang saya ajar demi bisa pulang sebelum pukul 21, pilihan untuk tidak lagi menghadiri rapat (yang kerap di lakukan malam hari seusai bekerja)dengan teman-teman di beberapa komunitas, pilihan untuk tidak lagi mengantar baju pelanggan di malam hari.

Bagaimana dengan para pembaca?, apakah kalian pernah merasa terceradai rasa amannya?


2 komentar:

  1. blm pernah ngalamin (semoga jangan) tp tetep aja melihat berita2 spt bikin sy agak parno juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin, semoga tidak perlu ngalamin kejahatan ya mak.

      Hapus

Copyright @ Elsenovi Menulis | Fluzu theme designed by Pirawa