Hweeeng, Wink, Bruk, Sreeeeeeet



Hari itu hari kedua puasa Ramadhan 1433 H, saat dimana aku merencanakan menghabiskan waktu dengan menulis beberapa postingan untuk lomba. Koneksi internet di rumahku sangatlah lambat, kupikir daripada menghabiskan waktu dengan koneksi yang membuat emosi jiwa, maka lebih baik jika aku menuju warnet lalu mencari informasi yang kubutuhkan dan menyimpannya di flash disc.

Maka dengan riang gembira aku memacu motorku, kendaraan yang sangat kuandalkan untuk membantu pekerjaanku. Belum sampai 1 km dari rumahku tiba-tiba aku merasa melayang *wiiiink*, jatuh *BRUK* dan diseret oleh motorku *sreeeeet* cukup lama. Setelah motor berhenti, aku belum paham kenapa aku bisa terjatuh dari motor dan terseret lebih dari 5 meter. Yang kurasakan bahu kananku sangat sakit, betis mulai terasa panas karena menempel di knalpot. Beberapa pengendara yang melewati jalan itu menolongku, mereka menegakkan kembali motorku, tapi aku tak sanggup berdiri. Aku meminta tolong pada seseorang untuk menegakkanku. Seingatku 3 orang yang menolong itu adalah laki-laki semuanya. Pemuda yang menolongku sangat santun. Aku yang tadinya berpikir dia akan menarikku ke atas dengan cara meletakkan tangannya di pangkal lengan (ketiak), ternyata dia menyisipkan kedua lengannya di antara tubuh dan tanganku, tepatnya dibawah ketiak dan mengangkatku perlahan. Aku yang saat itu sedang kesakitan masih bisa merasakan betapa dia menghormatiku sebagai wanita dengan tidak meletakkan tangannya sebagaimana jika kita akan mengangkat seseorang. Karena itu sungguh dekat dengan (maaf) payudara, dan pemuda itu mengetahui ada cara mengangkat tubuh wanita dengan lebih sopan.

Aku masih bisa berjalan dan aku diminta sejenak duduk di pinggir parit yang kering, yang kurasakan adalah kesakitan yang amat sangat di bahu kananku. Aku belum sadar jika gamis yang yang kupakai dan tas yang kubawa sudah robek di sana-sini akibat kerasnya gesekan dengan aspal.
Sejenak aku bertanya, apa yang menyebabkanku hingga begini?, ternyata di jalan yang senantiasa kulewati itu sedang dibangun polisi tidur, yang sialnya berwarna sama dengan aspal dan tidak diberi tanda. Aku yang percaya diri telah mengenal jalan itu, karena sehari-hari melewatinya tentu saja tidak menyangka jika tiba-tiba ada polisi tidur yang baru dibangun malam sebelumnya.

Untuk sejenak kusyukuri bahwa aku tidak menabrak orang, kemudian aku mulai merasakan akan pingsan, mual dan entah apa rasanya, yang pasti aku sangat ingin berbaring dan tidur *ciri-ciri orang mau pingsan*
Singkat cerita, aku telah berada di rumah, kemudian diantar papa dan tetangga sebelah pergi ke tukang urut. Karena tangan kananku tak bisa digerakkan dan di siku terdapat luka yang cukup besar, maka kuputuskan untuk menggunting lengan gamisku, agar tak menyakiti lukanya.
Selama pengurutan, selain kesakitan aku juga merasa tidak nyaman, karena aku tidak diurut di kamar khusus, tapi di satu ruangan cukup besar dimana anggota keluarga tukang urut bebas lalu lalang di situ. Aku yang kesehariannya mengenakan jilbab, tentu saja merasa risih. Sudahlah gamis yang kukenakan robek di sana sini, lalu aku diharuskan melepas pakaian hingga dibawah dada untuk memudahkan pengurutan.
Jiah!! Ini namanya pornografi.., untuk itu aku hanya mau diurut sebentar, dan gak balik lagi ke tukang urut itu, walaupun dia memintaku untuk kembali selama 3 hari.
Untuk selanjutnya aku menjalani fisioterapi.

Mulailah hari-hari yang penuh kesulitan menerpa. Aku yang biasa mengerjakan sendiri semua tugas rumah tangga dan pekerjaanku, kini untuk mengikat rambut saja aku tak mampu, dan parahnya papakupun tak bisa mengikat rambutku…duh benar-benar frustasi deh kalau sudah urusan ngikat rambut. Maka aku akan sangat berterimakasih jika ada temanku yang kerumah, pastilah dia kuminta untuk mengikat rambutku.
Sampai hari ke lima aku hanya bisa mandi ala kadarnya, nggoreng telur, dan mengenakan kemeja. Untuk urusan mengenakan baju dalam, itu perlu perjuangan sekuat tenaga.
Yah begitulah kuasanya Allah yang telah menciptakan tubuh kita, satu sendi bergeser sedikit saja, semua urusan jadi berantakan. Untuk itu hai manusia jaga dan syukurilah kesehatanmu *sok menasehati*.

Alhamdulillah pada hari ke tujuh, aku sudah mampu mengendarai motor kembali, walau belum pulih 100%, karena aku belum bisa mengangkat tanganku, jadi jika akan pegang stang motor, tangan kiriku membantu meletakkan tangan kananku ke stang, untungnya siku, pergelangan tangan dan jari-jari bisa bergerak bebas tanpa rasa sakit.
Tujuan pertamaku adalah salon, bayangkan sodara-sodara, aku tidak keramas selama seminggu, bisa dibayangkan kan gimbalnya rambutku, mana gak pernah di sisir pula.
Sampai di salon langsung creambath, ueeeenak tenan.

Sepulang dari nyalon, aku langsung ngurusi jahitan. Memutar otak bagaimana caranya agar semua jahitan yang menumpuk ini dapat selesai tepat waktu. Seperti biasanya, jahitan menjelang lebaran bejibun, jadi tidak ada kata lain selain, cepat kerjakan!.
Syukurlah, 3 hari menjelang lebaran, baju para langganan telah selesai semua.

Kini aku sudah pecicilan lagi, mengerjakan semua tugasku. Kondisi tanganku tak lagi seperti dulu, masih ada rasa sakit jika tidur miring ke kanan, karena bahu terhimpit tubuh. Namun apapun yang terjadi hanya rasa syukur yang kupanjatkan, karena selalu ada hikmah di setiap kejadian. Hikmahnya apa?...ya banyak. Aku sih suka-suka hati aja nyebutin hikmahnya, kadang gak nyambung ma kejadiannya, karena kan tujuanku nyari hikmah agar aku tetap tenang dan menikmati hidup dengan anggun, gembira, cerah ceria.

2 komentar:

Copyright @ Elsenovi Menulis | Fluzu theme designed by Pirawa