Beberapa saat yang lalu saya menerima pesan di handphone dari seorang teman, dia menceritakan kegundahan hatinya tentang masalah rumah tangganya. Pesan itu begitu panjang. Terus terang aku tak tahu apa yang harus kukatakan pada teman ini, karena memang aku tak paham tentang dengan permasalahan yang seperti itu.
Usut punya usut ternyata teman ini curhat padaku karena aku menulis note di facebook tentang arti sebuah tepukan dikala kita ingin sedikit "berbagi" beban dengan teman yang kita percayai.
Mungkin temanku ini beranggapan, aku mampu memberikan solusi dari permasalahannya.
Aku jadi teringat saat aku merasa sarat beban, aku selalu lari pada 2 orang temanku, mereka adalah teman mengajiku. Hal pertama yang mereka lakukan saat aku curhat adalah menatapku dengan tatapan "Aku disini untuk membantu meringankan bebanmu". sungguh mereka tak banyak bicara jika aku datang untuk curhat. setelah aku pulang, beberapa jam kemudian biasanya mereka menghubungiku, menanyakan apakah aku merasa lebih baik?.
Karena aku mengalami hal yang seperti itu, maka aku pun melakukan hal yang sama jika teman datang untuk curhat, mendengarkan dengan sepenuh hati dan menatapnya dengan tatapan "Aku siap membantumu". Aku jarang memberi nasehat jika tak diminta, karena aku yakin sesungguhnya mereka itu tahu apa yang harus dilakukan. Mereka datang padaku untuk mengeluarkan uneg-uneg yang mengganjal,menyesakkan dada.
Tatapan sesungguhnya sebuah cara berkomunikasi. Aku ingat Almh mamaku yang saat aku kecil, mengatakan "Jangan kau lakukan" atau "Hentikan" melalui isyarat tatapan, ini biasanya beliau lakukan saat ditengah orang banyak.
Aku juga pernah mengeluarkan jurus tatapan maut pada seorang bapak yang melakukan hal tak patut di sebuah hypermarket, dia mengambil beberapa biji klengkeng dan dimasukkan ke saku celananya. Kulihat pancaran bangga di wajahnya, mungkin dia merasa berhasil mengambil tanpa ketahuan pihak hypermarket. Dan saat bertatapan denganku, kuberanikan diri untuk menatapnya dengan tatapan "Kasihan sekali kamu!, tidak layak kau lakukan hal itu". Itu kulakukan karena aku belum berani menasehatinya secara lisan. Semoga tatapanku itu efektif sebagai sebuah teguran baginya.
Begitu berartinya sebuah tatapan, maka memberi arti dari pancaran mata kita pun sejatinya perlu dipelajari. Pernahkan teman melihat tatapan sombong dari seseorang, padahal dia belum bicara. Tatapan tak peduli atau banyak lagi jenis tatapan mata?.
Aku pun masih berlatih untuk menatap dengan teduh, agar kehadiran kita lebih mudah diterima orang lain, yang imbasnya adalah orang akan dengan rela melakukan apa yang kita inginkan tanpa rasa terpaksa, sehingga tujuan kita tercapai.
Wallahu alam
0 komentar:
Posting Komentar