Sering kali kita sebel, jengkel atau malah terganggu dengan status seseorang di jejaring sosial.
Ada yang bilang alay, lebay, keseringan update, nyampah dan seambreg sebutan lainnya, yang intinya menggambarkan bahwa kita tidak suka dengan up date-an dia.
Saya pun pernah mengalaminya, mengalami sebel (dan menyebalkan teman)
Mulanya saya sebel dengan teman Facebook yang selalu update status melow, meratap-ratap, menangisi kesedihannya.
Trus mpet banget ma teman yang selalu update lagu-lagu jadul (yang genrenya tak saya sukai) dari youtube, satu jam bisa belasan video yang diuploadnya, dah gitu kerjaannya gonta ganti foto profile, close up lagi (kan nakutin saya tuh ..#ups). Jadi Newsfeed/Home FB saya penuh dengan videonya.
Karena di jejaring sosial ini saya menganut paham "Saya harus nyaman", maka hal-hal yang membuat saya tak nyaman akan saya hapus, delete, remove, hide all by.. kalau perlu diblokir (kejam amat?), tanpa harus ngata-ngatain orang itu.
Begitu pula dengan di Twitter. Saya merasa Twitter adalah pusat informasi yang saya butuhkan, namun di Twitter itu sangat beda dengan di Facebook, jika di Facebook menulis status sehari sampai 4 kali sudah dianggap lebay. Di Twitter mau nge-tweet sehari 50 kali, dianggap biasa saja. Masalahnya adalah, ada orang-orang yang tidak sesuai seleranya dengan apa yang kita tweet.
Keterbatasan karakter (140 karakter) di Twitter membuat orang melakukan kultweet (tweet yang bersambung) untuk menjelaskan satu hal. Atau saat kita mereply tweet seseorang secara tak langsung orang juga dapat membaca balasan kita, sehingga semakin terlihat banyaklah tweet kita.
Twitter sangat mengasyikkan jika kita mem-follow orang-orang yang tepat bagi kita, misalnya kita senang dengan politik, maka kita bisa mem-follow orang-orang yang tweetnya berisi tentang politik, jika suka dengan kata-kata bijaksana, maka mem-follow akun yang menuliskan kata-kata bijaksana adalah hal yang tepat.
Jadi sungguh tak tepat jika anda tak suka dengan tweet seseorang lalu anda mengatakan bahwa tweet itu adalah sampah, "Kamu seneng banget sih nyampah di twitter?", atau "Tweetmu kayak sampah"
Selain hal ini dapat menyinggung orang tersebut, ini juga menandakan ketidakpahaman anda sebagai pemegang akun Twitter. Jika anda tak suka dengan "gaya" tweet seseorang, mudah saja, ada fitur unfollow yang bisa anda gunakannya. Jika tak ingin menggunakan fitur unfollow, coba beritahu dia dengan bahasa yang bagus. Dan jangan memaksa orang untuk bertwitter sesuai selera anda.
Selama tidak mengandung unsur SARA dan memfitnah orang, why not?
Tak perlu mengatakan tweet seseorang adalah sampah, karena belum tentu tweet anda sendiri dianggap bermanfaat bagi follower anda.
Ketika seseorang nge-tweet, pastilah ada maksud yang ingin dicapai.
Saya punya pengalaman sehubungan dengan hal ini. Sebagai seorang guru, sebisa mengkin saya mem-follow semua akun jejaring sosial milik siswa saya, hal ini memudahkan saya "mendampingi" mereka dan juga memantau mereka. Namum apa yang terjadi?, hampir setiap saat, lini masa (time line/TL) saya dipenuhi dengan kicauan mereka. Ada yang nge-tweet "Buka jendela akh", "Handuk, mana handuk?"..duh..ini tweet apaan???. Tapi itulah mereka, Mereka berkomunikasi dengan gayanya, toh para followernya yang kebanyakan teman-teman mereka tak keberatan.
Dan akan lebih parah lagi jika anak-anak ini berusaha menarik perhatian seseorang lewat tweet, wah bisa 140 tweet sehari dan isinya..yaaaaa gitu deh.
Maka sayalah yang harus bijaksana. Mem-follow mereka, artinya saya siap dengan gaya komunikasi mereka di Twitter, siap dengan isi tweet mereka. Walaupun gaya Twitter-an mereka bukan gaya yang saya inginkan, namun jika saya meng-unfollow mereka, maka saya juga akan kehilangan kesempatan mendampingi dan memantau mereka.
Biasanya jika saya kurang suka dengan tweet seseorang, maka saya akan menuliskannya di tweet, tanpa harus me-mentionnya.
Misalnya saya jengah dengan twitter yang diperlakukan bak Yahoo Messenger, jadi kayak chatting aja di twitter, maka saya akan nge-tweet, "Twitter bukan YM ya, langsung dimention orangnya akan lebih bagus"...heheheh
Nah karena jejaring sosial dibuat bukan hanya untuk mengikuti apa yang anda inginkan saja, maka jangan meminta semua orang berlaku seperti anda. Jika tak suka dengan gaya tweet seseorang, mengapa tak anda unfollow saja akun dia?. bukan suatu dosa kok tidak mengikuti akun dia. Justru akan berdosa jika anda selalu ngata-ngatain dia.
Maka berlaku bijaksana dalam jejaring sosial adalah syarat mutlak. Kita bisa menyampaikan ketidaksukaan kita dengan cara yang tidak menyinggung perasaan. Dan jika apa yang kita inginkan tak tercapai, maka tidak ada salahnya kita meng-unfollownya.
Wallahu alam
*Isya Allah nanti kita bahas alasan orang meng-unfollow seseorang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
haduh, nepuk jidat :D
BalasHapusSaya ngetwit emang kalau mau nyampah, Mbak
@Anaz >*mbantuin nepuk jidat Anaz :D
BalasHapustweetmu gak nyampah kok Naz, menurutku gak ada yg nyampah. yg bersampah itu kdg pikiran org