Cinta Bagai Amuba

Haduh, beberapa hari yang lalu saya ditanya tentang cinta dan pernikahan. Padahal sudah  saya posting disini
Bahwa sebenarnya saya sendiri tuh gak tau definisi yang tepat untuk sebuah kata "Cinta".
Baiklah jika cinta disamakan dengan kasih sayang, maka cinta  saya anggap bisa membelah diri, bagai amuba (itu lho jasad renik, atau bakteri ya? yang cara berkembang biaknya dengan membelah diri).
Cinta yang membelah diri itu kuibaratkan seperti cinta seorang ibu kepada anak-anaknya. Saat mempunyai satu anak, ibu tersebut memberikan cinta sepenuhnya pada anaknya, ketika melahirkan anak berikutnya, ibu itu mencintai anak-anaknya yang lain sama kadar cintanya dengan anaknya yang pertama, tanpa harus mengurangi cinta pada anak pertamanya.

"Itu kan ibu mencintai anaknya, wajar. Bagaimana kalo suami mencintai wanita lain?"
Eeenngg..hmmmm...gemana ya njawabnya? *siap-siap diprotes banyak wanita nih*
Menurut saya soal hati tidak dapat dikenai sangsi, selama pelakunya tetap menjalankan kewajibannya dan perannya dengan baik.
Maksudnya begini, jika ada seorang suami mencintai, kagum, sayang  (atau apalah namanya) pada wanita lain selain istrinya. Siapa yang bisa melarang? selain dirinya sendiri?
Selama hal itu dia simpan hanya untuk dirinya sendiri tanpa melakukan hal-hal yang dilarang agama, menurut
saya masih dalam batas wajar.
"Wah kalo gitu suami yang seperti itu gak setia donk?".
Setia itu adalah masalah pemahaman, tanggung jawab dan komitmen. Komitmen dan tanggung jawab dalam menjalani perannya sesuai dengan pemahamannya itulah kesetiaan (itu menurut saya lho).

"Lha kan kasihan istrinya kalo suaminya mencintai wanita lain?".Walah jawabnya ya balik lagi, kalo suaminya berubah sikap menjadi tidak care lagi terhadap apa yang telah menjadi tanggungjawabnya, artinya dia memang tidak bertanggung jawab aja.

"Wah jangan sampai deh suami saya nanti mencintai wanita lain selain saya" begitu mungkin pemikiran anda. Sama!!! saya juga ...amit-amit deh jangan sampai.
Namun siapa yang bisa menjamin itu semua berjalan sesuai apa yang kita inginkan?
Ujung-ujungnya adalah kemampuan kita berkomunikasi yang nyambung, memberikan rasa aman dan nyaman dan saling menghargai akan dapat menanggulangi hal ini.

Wallahu alam

3 komentar:

Copyright @ Elsenovi Menulis | Fluzu theme designed by Pirawa