Gambar diambil disini |
Kini di Propinsi dimana saya berdomisili sedang mengadakan perhelatan akbar, Pekan Olah Raga Nasional (PON ke XVIII), berita miring seputar pelaksanaan PON pun menyeruak, dari pembangunan sarana yang belum siap 100%, ambruknya kanopi salah satu venue, padahal venue itu baru saja dibangun dan belum digunakan, lalu kasus korupsi sehubungan dengan PON ini pun dimuat di media.
Saya tak hendak menuliskan tentang kegiatan PON dan korupsi, karena terus terang saya memang tidak mengikutinya, saya hanya tahu salah satu venue tenis ada di dekat rumah saya.
Namun sebagai penduduk Riau, yang mempunyai teman di seluruh Indonesia, saya dijadikan rujukan beberapa orang teman yang bertanya seputar PON, saya pun menjawab sebatas apa yang saya lihat saja, saya tak akan memperkeruh dengan menjawab hal-hal yang hanya saya dengar atau baca, selain tak bisa saya pertanggungjawabkan, saya juga ingin perhelatan ini sukses. Jika tak bisa meredam berita buruk setidaknya saya tak menambah buruk.
Trus tulisan ini tentang apa dunk??.
Tulisan ini sih sebenarnya ada hubungannya dengan PON, yang disinyalir ada kaitannya dengan korupsi. Nah korupsi itu bersahabat erat dengan nafsu. Jadi mari kita bahas tentang nafsu.
Selain jasad dan akal, dalam diri manusia dilengkapi dengan nafsu, satu komponen tak terlihat wujudnya namun mempunyai peran penting dalam hidup kita. Nafsu membuat kehidupan kita menjadi menarik, memunculkan ragam pilihan dan selera. Nafsu membuat manusia merancang jalan hidup, mengejar mimpi, meraih keinginannya.
Setiap mahluk hidup (manusia, hewan dan tumbuhan) mempunyai ciri yang sama, bertumbuh, membutuhkan oksigen, membutuhkan makan dan minum dan berkembang biak. Namun manusia tak cukup puas hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasarnya saja, karena nafsu manusia ingin membuat hidupnya lebih nyaman, lebih indah, lebih menggairahkan.
Manusia ingin tempat berlindung, namun tak cukup hanya berteduh di bawah pohon, maka mereka merancang rumah, yang kemudian tak cukup hanya dinding dan atap, mereka ingin rumah yang begini begitu, dilengkapi sarana ini dan itu.
Tak sekedar ingin melestarikan keturunan dengan mencari pasangan hidup, namun mereka ingin yang bertaqwa, penuh cinta kasih, sopan, bertanggung jawab, rajin menolong , tabah, hemat cermat dan bersahaja, pokoknya Dasa Dharma Pramukalah.
Wajar dan normal jika manusia mempunyai nafsu pada pesona dunia, namun sang Pencipta juga telah memberi rambu-rambu agar tak senantiasa memperturutkan nafsu. Nafsu bagai jalan tak berujung, ingin lebih, lebih dan lebih hingga berlebihan, meluap, melimpah dan keluar jalur hingga lepas kendali.
Atas nama nafsu pula apa yang dilarangNYA dilanggar, apa yang diperintahkanNYA diabaikan.
Seperti halnya korupsi yang (pelakunya disebut koruptor), tentu bukan koruptor namanya jika dia hanya memakan dan mengambil apa yang menjadi haknya.
Begitu pula hal-hal yang kita anggap kecil dan remeh, misalnya merokok. Atas nama nafsu para perokok mengabaikan kesehatannya, mengabaikan perasaan orang-orang yang peduli padanya, yang akan merasa sakit jika dia sakit, mengabaikan kebutuhan udara yang bebas asap rokok bagi orang disekitarnya.
Lalu benarlah jika perang yang paling utama adalah berperang melawan nafsu yang menggelincirkan.
Semoga kita adalah orang-orang yang senantiasa menang melawan dorongan nafsu yang mengarah ke luar JalurNYA.
Wallahu’alam
nah..ditunggu postingan berikutnya soal PON...
BalasHapusInsya Allah
Hapus