Lebih Suka Twitter = Benci Facebook?

Gambar diambil dari sini
Kemarin saya membaca sebuah tulisan seorang teman. Sebuah opini pribadi yang menyatakan ketidaksukaannya pada sebuah organisasi yang menamakan dirinya sebagai pembela salah satu agama di Indonesia. Dalam tulisan itu disertakan contoh bagaimana organisasi itu merusak klub-klub malam dengan cara brutal.
Sebuah tulisan dengan inti yang sudah sering saya baca, menyatakan tidak suka kekerasan. Namun bagi saya tulisan ini menjadi menarik saat membaca salah satu komentar pembacanya. Komentar singkat dan nylekit.
Si komentator menyimpulkan jika tidak setuju klub malam dihancurkan maka si penulis dianggap sebagai pendukung dan mungkin penikmat klub malam.

Membaca komentar tersebut saya teringat pengalaman saya. Sudah lebih dari 10 tahun saya memulai puasa berbeda dengan apa yang diterapkan pemerintah. Biasanya saya memulai dulu sebelum pemerintah menetapkan awal puasa.
Dalam keluarga saya, hanya saya yang memulai duluan, dan Alhamdulillah tidak dianggap aneh, menyimpang, kafir atau termasuk dalam jaringan Islam radikal. *peluk erat ortu*.
Di Indonesia, kita mengenal dua organisasi massa Islam terbesar, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Biasanya Muhammadiyah memulai puasa lebih dahulu dari yang ditetapkan pemerintah.
Nah, ada beberapa orang yang ketika mengetahui saya memulai puasa lebih awal lalu “menuduh” saya pengikut/anggota Muhammadiyah. Padahal saya bukan pengikut/anggota keduanya,baik Muhammadiyah maupun Nahdlatul Ulama. Jadi saya ikut apa?, akh itu bukan topik yang ingin saya bahas dalam postingan saya kali ini. Yang pasti saya tahu ada banyak organisasi massa Islam selain Muhammadiyah dan NU, ada Salafi, Tarbiyah, Hizbut Thahrir dll.

Contoh lain, saat saya memasang status “Lebih suka twitter daripada facebook”, lalu ada yang berkomentar, kalau suka twitter, kenapa masih menggunakan fasilitas facebook?
Lho?? memang jika kita lebih suka satu daripada yang lainnya, kita tak berhak menggunakan lainnya?, jika menggunakan lainnya dianggap tidak konsisten dengan ucapannya?, dianggap lucu, ambigue?. Mungkin lebih parah lagi diberi label munafik, karena ucapan dan perilaku berseberangan.

Huuuudfff *ngelap keringat di jidat* . Ternyata orang-orang “satu aliran” dengan komentator diawal postingan ini banyak ya. Mereka menganggap dalam hidup ini segalanya hanya ada dua pilihan. Jika tidak hitam PASTI putih. Jika saya lebih suka Twitter, maka saya tidak boleh memakai facebook, jika saya tidak suka putih pasti saya dianggap suka hitam.

Memang ada beberapa hal yang hanya menyediakan dua pilihan saja, misalnya hidup atau mati, hamil atau tidak hamil, menikah atau tidak menikah, dll.
Namun juga ada yang menyediakan banyak pilihan, sehingga kita boleh memilih lebih dari satu. Misalnya pilihan warna favorit, saya tidak suka putih bukan berarti saya pasti suka hitam. Saya suka ungu dan hijau.
Saya lebih suka twitter atas beberapa alasan, bukan berarti otomatis saya jadi pembenci facebook, lalu dianggap tidak boleh menggunakan facebook.
(Padahal jika ditanya, suka twitter atau blog?, saya akan memilih blog)

Mari kita umpamakan banyaknya pilihan itu sebagai banyaknya varian makanan yang disuguhkan untuk kita. Ada hamburger, ayam goreng, makaroni schotel dan gethuk. Semua yang tersuguh itu adalah makan favorit saya, namun jika ditanya makanan mana YANG PALING saya sukai?, saya akan memilih hamburger. Lalu apakah dengan begitu saya otomatis menjadi tidak suka dengan gethuk atau ayam goreng?, oh nooooooooooo, tidaaaaaak, saya masih fans berat mereka. Apakah saya salah?, apakah saya tidak konsisten?, apakah saya munafik?, apakah saya tidak boleh menyukai lebih dari satu makanan?. Jawabannya saya serahkan pada anda, tanpa keinginan saya untuk membela diri.

Saat kita paham mana yang hanya menyediakan dua pilihan dan mana yang menyediakan beragam pilihan, maka diharapkan kita tak begitu saja menertawakan orang lain, menuduh atau menghujat mereka atas pilihan sadarnya.
Jika kita ingin orang tersebut mempunyai pilihan yang sama dengan kita, maka ada banyak cara luwes, trik cantik dan komunikasi asertif yang tidak agresif agar target tanpa rasa terpaksa dan tanpa terluka mengikuti pilihan kita.
Bagaimana cara dan triknya?, yuuk kita gali bersama seiring berjalannya kehidupan ini, sebanyak hikmah yang dapat kita ambil, karena saya sendiri sampai saat ini juga masih terus, terus dan terus belajar menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

Wallahu’alam


4 komentar:

  1. Tulisan ♈αηĝ sangat bagus...
    Menambah bnyak hal ♈αηĝ slama ini blm terpiirkan.:D
    O ya mbak, hnya mnambahkan sj, sejauh ♈αηĝ saya ktahui "Salafi" bukan lah organisasi sbgaimana layaknya NU, Muhammadyah, HT, ikhwanul Muslimin dlsb,salafi adalah metode,pemahaman, tata cara atau biasa jg disebut dgn 'Manhaj' dlm mana melakukan ibadah sebagaimana ♈αηĝ dicontohkan para sahabat & tabi'in sbagai generasi trbaik dlm islam..sebagaimana Allah menggelari mreka dgn Radiallahhuanhu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih pak Budi atas koreksinya.
      menurut definisi di wikipedi organisasi adalah : bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
      Nah saya menyebutkan Salafi sbg organisasi karena saya melihat orang2 dengan "paham" yg sama ini berkumpul. Trus setahu saya pesantrennya juga bernama Salafi.Jadi maksudnya ya organisasi yang di pesantren Salafi itu lho pak

      Hapus
  2. dan, tidak suka bukan berarti benci kan? *nyamber

    BalasHapus

Copyright @ Elsenovi Menulis | Fluzu theme designed by Pirawa