Aku dan Sahabat

-->

Salah satu hal yang paling  kusyukuri dalam hidup ini adalah saat diperkenankanNYA untuk mempunyai sahabat-sahabat yang istiqomah berjalan di JalanNYA.
Dari beberapa sahabat, aku bisa mengambil banyak pelajaran, berbagi suka dan duka.
Seperti contohnya, sahabatku sejak masa SMU sampai sekarang. Yenti namanya. Aku mengenalnya saat pertama kali mendaftar sekolah di SMKK.
Saat kelas 1 kami satu kelas kemudian berpisah di kelas 2 dan 3.
Aku dan Yenti selalu masuk ranking 3 besar *tsaaah, nyombong*. Banyak cerita yang kami alami. Misalnya saat aku tergila-gila dengan guru PMP yang selain pinter, juga berwajah bak potomodel, Yentilah orang pertama yang mencium gelagat lebayku dan dia pula yang rajin mengirim informasi tentang “Pak PMP” tersebut. *(me)malu(kan) kalau mengingat masa itu*.
Aku juga sedih tiada tara saat Yenti yang memutuskan mengenakan jilbab lalu mendapat tekanan dari beberapa guru dan kepala sekolah (karena saat aku setingkat SMA, peraturan sekolah tidak membolehkan siswanya memakai pakaian dengan model berbeda dari yang telah ditentukan sekolah. Diawal tahun 90an memakai jilbab memang belum sebebas sekarang). Hampir setiap minggu dia dipanggil ke ruang kepsek, “dinasehati” agar tidak lagi mengenakan rok panjang dan kemeja lengan panjang. Belum lagi untuk beberapa mata pelajaran, dia tidak boleh mengikuti jika masih mengenakan jilbab. Yenti memilih keluar kelas, duduk di dekat jendela agar dapat mendengarkan penjelasan guru. *haduh jadi pengen nangis kalau ingat kejadian itu*

Saat kelas 3, semua murid yang menduduki ranking 3 besar berturut-turut selama 3 tahun diberikan hak istimewa untuk dapat kuliah di Universitas Negeri Padang tanpa melalui tes. Tapi aku menolak, karena hak istimewa ini hanya berlaku untuk kuliah di jurusan Tata Busana (sesuai jurusanku saat SMKK), padahal aku inginnya belajar English. Akhirnya aku dan Yenti berpisah saat kuliah. Aku di Jakarta dan Yenti di Padang.

Kini Yenti dan aku AlhamduliLlah bekerjasama mengelola usaha jahit dengan 10 orang pekerja. Aku bagian pola dan menggunting, Yenti bagian desain.
Aku kadang heran, kok aku dan Yenti bisa sahabatan sekian puluh tahun, padahal kami adalah 2 pribadi yang berseberangan.
Aku suka “kesana kemari”, Yenti suka berdiam di satu tempat.
Aku ceriwis, Yenti pendiam.
Yenti cenderung takut mengambil keputusan karena khawatir dengan resikonya, aku cenderung berani mengambil keputusan walau tahu resiko gagalnya.
Yenti suka warna gelap, aku suka warna terang.
Yenti sudah punya anak, aku belum << *nangis salju*
Yenti suka singkong , aku suka keju << kalimat ini abaikan saja
Aku pecicilan, Yenti cuma melihat saja kelakuanku

Tapi memang begitulah sahabat, biar banyak perbedaan namun jika kita nyaman bersamanya maka hubungan itu akan bertahan lama.
Satu lagi yang kuherankan dari Yenti adalah  (sebenarnya heran pada diriku sendiri sih), jika aku curhat padanya, apapun curhatnya, pasti nasehatnya cuma satu, “Sabar ya”, sambil menepuk bahuku.
Doh, dah tau setiap curhatku selalu dapat nasehat seperti itu lagi, lagi dan lagi, tapi kenapa aku masih curhat juga padanya ya?. Aaakh itulah sahabat.

Lain Yenti, lain pula dengan ketiga sahabatku ini, Yeni, Iis dan Wiwik, mereka adalah sahabatku sejak aku aktif di pengajian.
Mereka adalah panutanku. Orang yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri, konsisten untuk senantiasa berusaha lebih dekat denganNYA. Ketiganya adalah ibu rumah tangga dan bekerja di kantor, mempunyai kehidupan rumahtangga yang berjalan dengan baik.  Aku banyak belajar tentang agama dan penerapannya dari mereka. Mereka orang-orang yang  senantiasa “meluruskanku”  jika aku sudah mulai terlihat “berbelok”.
Yeni, ibu 3 anak, Dosen Pertanian,  kini bermukin di Perth, Australia guna menyelesaikan S3 nya.
Ini sahabatku yang selain guru ngajiku juga yang mengajariku English.
Wiwik, ibu 2 anak, Pegawai Laboratorium Pengujian Darah, sahabat yang cukup gokil, aku banyak belajar management waktu dengannya, dia pula yang banyak memberiku ilmu saat Almh mamaku diketahui mengidap sakit jantung (karena ayahnya pengidap sakit jantung pula).
Iis, ibu 3 anak, pegawai Bapedal (Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan), sahabatku yang paling tenang pembawaannya, selalu senyum, walau paling sering kambuh asmanya, rumahnya paling dekat dengan rumahku, maka dialah yang paling sering menjadi “sasaran” curhatku. Dia pula yang paling ceriwis jika mengetahuiku menyia-nyiakan waktu.
Aku jadi ingat penggalan sebuah lagu, You've Got A Friend.
“You just call out my name, and you know wherever I am, I’ll come running to see you again”
Sahabat, kamu salah satu yang membuat hidupku berpendar bahagia.

Wallahu a’lam bishshawab

Aku dan sahabat

2 komentar:

Copyright @ Elsenovi Menulis | Fluzu theme designed by Pirawa