Berdoa Agar Ibu Tidak Menghipnotis Saya

Siang itu aku bergegas memacu motorku menuju Omah Ilmu, sebuah rumah penuh buku, dimana aku dan beberapa teman yang tergabung dalam satu komunitas peduli dengan tata ruang kota Pekanbaru berkumpul. Di tengah perjalanan, seorang ibu (berusia kira-kira 50 tahunan) melambaikan tangannya padaku yang sedang melintas di jalan raya. Aku segera menepi dan menghentikan motorku. Aku tahu maksud ibu tersebut pastilah ingin menumpang. Hal serupa sering kualami, kadang justru aku yang menawari untuk memboncengkan perempuan (hanya perempuan ya, kalau laki-laki gak berani ) yang kulihat berjalan  menuju/di perumahan (karena kan angkot dilarang masuk dalam perumahan). Sebelum ibu itu membonceng, aku bertanya padanya, kemana tujuannya, dia hanya menjawab “Sampai simpang aja nak” (maksudnya sampai simpang lampu merah pertama yang kami jumpai). Biasanya jika lokasi yang dituju sang “penumpang” tak jauh dari lokasi yang kulewati (walau kadang harus berlawanan arah) aku rela mengantarnya (tapi kalau jauh ya gak kuantar sampai di tempat).
Diperjalanan ibu itu bertanya, aku akan kemana, kerja dimana, apakah aku sudah menikah dll. Setelah serentetan pertanyaannya (yang mirip introgasi) kujawab, kini giliranku yang bertanya, “Ibu dari mana?” Tak kusangka, tak kuduga, tak kukira, tak dinyana ibu tersebut cerita panjang lebar. Katanya dia baru saja mencari anaknya, ternyata anaknya sudah pindah ke luar kota, kemudian dia diusir oleh menantunya, dan cerita melodrama lainnya yang menurutku kok mirip kisah sinetron gak bermutu yang sering ditayangkan di televisi Indonesia. Sambil cerita ibu itu menepuk-nepuk pundakku, terus tangan satunya memegang pinggangku, dekat dengan tasku. Sejenak aku heran, kenapa ibu ini terus menerus menepuk pundakku. WHAIYA!! … aku langsung merasa tak nyaman, waduh jangan-jangan ibu ini akan menghipnotisku, langsung deh diriku baca doa, wes baca doa apa aja (tapi bukan doa : bismikaLlahuma ahyaa wa amuut atau Allahummabariklana fiimaa razaqtanaa wa qinaa adzaa bannaar). Intinya aku memohon pada Allah untuk melindungiku dari kejahatan. Sumpah men! aku khawatir banget kalau aku terhipnotis. Dari beberapa informasi yang kudapat, konon orang tidak akan mempan dihipnotis  jika tetap “sadar” dan waspada. Saat tiba di perempatan lampu merah(pas pula lampunya sedang nyala merah), ibu itu kupersilahkan untuk turun, namun apa yang terjadi?, dia terlihat bingung, dia terus menatapku. Hickz, aku mengalihkan pandanganku darinya, alasannya teteup, takut dihipnotis lewat tatapan mata . Eh ibunya gak mau jauh dariku *doaku semakin kenceng*. Sekonyong-konyong ibu itu berkata “Nak ada uang dua ribu?” “Tidak ada bu” (seingatku uang di dompetku pecahan terkecil adalah sepuluh ribu) Saat itu aku berniat memberikan saja uang sepuluh ribu, tapi aku khawatir saat mengeluarkan dompet, nanti terjadi “apa-apa”. Ya sudah aku pilih aman saja, ibu itu tak kuberi uang hingga lampu hijau menyala dan memaksaku untuk kembali menjalankan motorku. Sepanjang perjalanan aku berpikir, tepatkah tindakanku tadi?, berlebihankah aku? atau justru aku telah menyia-nyiakan satu kesempatan untuk menambah pahala?. Aku tak tahu jawabnya. Jika ibu tersebut tidak bermaksud jahat padaku, aku minta maaf (minta maafnya di blog, ibunya baca blogku gak ya? ). Namun jika ibu tersebut memang berniat
jahat padaku, kudoakan agar ibu tersebut kebali ke jalan yang benar tak lupa aku
bersyukur karena Allah masih melindungiku.
Dan yang kutahu pasti bahwa membaca doa (yang tentu saja kita langsung
mengingat Tuhan) membawa ketenangan.
Jika dalam keadaan genting dan tak nyaman saja mengingatNYA membawa ketenangan,
pastilah jika kita mengingatNYA dalam keadaan bahagia dan santai membuat kita
merasa damai.
Seberapa banyak aku mengingatNYA?

Wallahu a’lam bishshawab

4 komentar:

  1. hmmm ataukah jangan2 si ibu bener2 membutuhkan? mungkin mau bayar angkot tuh mbak. kan bisa di bayar sekalian. #eh

    BalasHapus
  2. @kakak Almas > lha yo karena itu aku posting ini kak. Apa aku berlebihan menyikapi "ulah" ibu tersebut?. Tapi aku memang merasa tidak nyaman saat terus menerus ditepuk pundakku dan tangan ibu itu ada di tasku. bisa jadi aku su'udzon. Tp jk tdk nyaman, yg kulakukan adalah mencari kenyamanan dahulu #halah

    BalasHapus
  3. yo ora berlebihan lah... wajar saja.. namanya aja waspodo.. Khan sampeyan wis iling ning Gusti Alloh, ya wis, hahahah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang berlebih(an) malah berat badanku mas Ndop :D

      Hapus

Copyright @ Elsenovi Menulis | Fluzu theme designed by Pirawa