Bulu Mata Takut Matahari


-->
-->Ini pengalamanku 2 tahun lalu. Pengalaman bodoh van konyol.
Setiap wanita pastilah ingin terlihat cantik, untuk itu banyak yang dengan suka rela mengeluarkan uang yang tak sedikit untuk mendapatkan ukuran cantik yang seperti dia harapkan.
Tak jarang juga untuk cantik kita-kita para wanita ini rela menahan sakit, misalnya agar terlihat langsing maka maksa deh pake korset yang ukurannya sengaja dipilih 1 angka lebih kecil dari ukuran yang semestinya. Iya sih, perut terlihat agak kecil tapi jadi susah bernafas.

Nah aku yang menjunjung  tinggi tampil cantik alami, ternyata pernah juga tergoda untuk cantik tidak alami *halah bahasanya*, alias cantik maksa
Sejak SD aku diajari (Almh) mamaku membuat jamu,lulur,creambath sendiri. Semuanya dibuat dari bahan alami. Jadi untuk urusan perawatan tubuh & rambut, kami melakukan sendiri di rumah. Saat (Almh) mamaku masih ada, aku ke salon hanya untuk potong rambut, itu pun kadang-kadang, karena lebih sering
(Almh) mamaku yang memotong rambutku. *jadi kangen Almh mama *

Nah, mengapa aku bisa sampai tergoda untuk tampil cantik tapi maksa?.
Ceritanya, bundanya muridku (aku memanggilnya “Teteh”) membuka salon, dan aku diundang saat pembukaan salonnya, nah saat sesi door prize, aku adalah salah seorang yang mendapatkan perawatan gratis di salon tersebut. Aku memilih mewarnai rambutku (oh iya ini hobiku, selain karena sejak SMA aku sudah mengalami masalah dengan warna rambutku, juga karena kupikir  toh orang juga tak dapat melihat warna rambutku, karena aku kan memakai jilbab dalam keseharianku, jadi kadang aku ekstrim mewarnai rambutku dengan warna-warna ajaib, seperti pink atau ungu *ini satu-satunya tindakan kecantikan tak alami yang kulakukan*).
Namun apa yang terjadi, aku yang saat itu puasa Senin-Kamis dan seumur-umur belum pernah di bleaching rambutnya mutah-mutah saat belum selesai mewarnai rambut. Ini disebabkan aku tak tahan dengan bahan kimia yang terkandung dalam obat bleaching tersebut, dah gitu merk pewarna rambutnya berbeda dengan yang kupakai selama ini.
Akhirnya gagal sudah mendapatkan warna rambut yang kuinginkan.
Keesokan harinya Teteh menawariku untuk melentikkan bulu mata, serta merta kutolak. Aku tak ingin peristiwa mutah-mutah terulang lagi.

Beberapa bulan berselang, saat aku ingin potong rambut di salon muslimah, lha kok ujug-ujug mak bedhunduk aku ingin melentikkan bulu mata. Aku yang memiliki bulu mata tidak panjang, ingin bulu matanya terlihat lentik.
Kupastikan aku tidak sedang puasa dan merasa fit. Apalagi ongkos melentikkan bulu mata tidaklah mahal.
Akhirnya setelah potong rambut, aku menjalani proses pelentikan bulu mata.
Prosesnya sederhana, aku berbaring, lalu bulu mataku diolesi cairan, trus digulung pada alat seperti batang cotton bud. Aku diminta memejamkan mataku sekitar 30 menit. Setelah 30 menit alat pelentik dilepas, tralalaaaaaaa…. Jrenkk… bulu mataku lentik seketika.

Setelah membayar semua ongkos mempercantik diri, aku langsung ngajar.
Muridku langsung melihatku dengan pandangan aneh, mereka berkata
“Miss, kok ada yang lain ya kelihatannya”
“Apanya yang lain?”
“Gak tau, pokoknya lain aja, miss operasi plastik ya?”
“Enggak, miss cuma melentikkan bulu mata”
“Oh iya, bulu mata miss beda”
“Bagaimana?, bagus gak?”
“Bagus ”
Maka semakin PD lah diriku *merasa semakin mirip Olla Ramlan* saat mendengar komentar murid.

Keesokan harinya, seperti biasanya, pukul 9 aku pergi menuju studio jahitku dengan mengendarai motor.
Tak berapa lama setelah keluar dari rumah (saat mengendarai motor) aku merasakan mataku pedih, dan mengeluarkan air mata. Aku khawatir jangan-jangan ini efek obat pelentik bulu mata. Sesampai di studio jahit aku langsung mencuci muka, berharap obat yang menempel akan luruh bersama air.
Patner kerjaku yang melihatku tampil dengan bulu mata baru, berkomentar, bulu mataku seperti Desi Bebek, di film Donal Bebek. Bulu matanya melenting.
Setelah mencuci muka, aku tak lagi merasakan mataku perih dan berair. Lega.

Saat pulang dari studio jahit, sekitar pukul 17, di Pekanbaru pukul lima sore mataharinya masih bersinar garang. Eh mataku kembali perih dan berair. Aku bingung, ini kenapa ya?, tadi berjam-jam di dalam studio jahit gak berasa apa-apa.
Aiyaaaaaaaaa…. Aku tau penyebabnya. Ternyata aku memang sudah menyakiti tubuhku sendiri.
Bulu mata itu kan ibaratnya tirai bagi mata, jadi karena bulu mataku dipaksa untuk lentik, dia tak bisa lagi melaksanakan tugasnya secara maksimal menjadi tirai bagi sinar matahari yang menerpa mataku. Bisa jadi saat di jalan kan banyak debu, bulu mataku yang lentik maksa itu jadi sulit untuk menahan pertikel debu halus masuk mataku.

Walah, akhirnya selama 3 bulan aku bagai drakula , takut sinar matahari, karena jika kena sinar matahari mataku akan berair. Aku juga tidak nyaman memakai kacamata hitam saat mengendarai motor, karena kan helm nya sudah tertutup. Kalau nekad pakai kacamata hitam, aku membuka kaca pelindung helm, dan ini tak baik bagi kulit muka, selain langsung terpapar sinar matahari juga gak tahan debunya.
Aku merindukan bulu mataku yang dulu, yang gak lentik tapi gak takut matahari.

Kejadian ini memberiku pelajaran, gak usah neko-neko.
Wong selama ini aku selalu melakukan perawatan tubuh dengan cara alami, kok ya kemayu pengen berbulu mata lentik tapi maksa.
Aku tidak mengatakan ini tak baik, jika ada perempuan yang oke-oke saja, ya monggo silahkan.
Karena kan setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda.

Wallahu a’lam bishshawab

2 komentar:

Copyright @ Elsenovi Menulis | Fluzu theme designed by Pirawa