Teman, tadi aku membaca artikel bagus di sebuah majalah wanita, artikel mengenai rasa percaya diri pada anak.
Setelah kurangkum dan mengalami editing, kira-kira inilah inti dari artikel itu, monggo dibaca, semoga bermanfaat.
Merasa
nyaman dengan apa yang ada pada dirinya adalah tanda anak mempunyai
rasa percaya diri, alias PD. Karena itu, semakin tidak nyaman seorang
anak dengan keadaan yang melekat pada dirinya, bisa merupakan tanda
rendahnya tingkat percaya diri.
Ketidaknyamanan itu bisa berupa
hal-hal berbentuk materi, misalnya, menginginkan barang-barang seperti
yang dimiliki temannya atau seperti yang ada di iklan.
Bisa juga
merasa tidak nyaman dengan keadaan tubuhnya (misalnya, tidak nyaman
dengan kulitnya yang hitam ,rambutnya yang keriting, dll) atau keadaan
keluarganya (merasa miskin, merasa orangtuanya bodoh, dll)
Anak
yang memiliki PD tinggi sesungguhnya merasa bahwa lingkungan
disekitarnya menerimanya dengan baik dan mempedulikannya. Sebaliknya
anak yang mempunyai rasa percaya diri yang rendah selalu merasa tidak
diterima dan tidak dipedulikan oleh lingkungan sekitarnya.
Rasa
percaya diri anak telah terbangun di tahun pertama kehidupan anak, saat
kelekatan anak dengan orangtua atau pengasuhnya sangat tinggi. Saat
orangtua merespon tangis dan senyumnya, anak merasa dihargai. Ketika
anak merasa dicintai dan diterima oleh orangtuanya dan lingkungan
sekitarnya, maka kebutuhan dasarnya pun terpenuhi, yaitu anak merasa
diinginkan, berharga dan dicintai.
Percaya diri dibangun dengan berproses, makanya jangan heran jika tingat kepedean anak berbeda sesuai dengan usianya.
Semakin muda usia anak, semakin besar peran orangtua menanamkan dan membangkitkan kepercayaan diri anak.
Perkembangan
emosi anak usia di bawah 1 tahun sesungguhnya telah berjalan, Namum
masih terbatas pada tahap percaya dengan orang yang mengasuhnya, merasa
dilindungi dan nyaman.
Selanjutnya usia 2 hingga 3 tahun,
berkembanglah otonomi. Anak-anak mulai bereksplorasi, lari kesana
kemari, loncat ke meja, kursi dll. Sayangnya saat anak naik ke meja,
banyak orang tua yang marah atau mengatakan "Jangan!!". Padahal akan
lebih baik jika mengatakan,"Hati-hati ya nak, meja bukan untuk dinaiki".
Dalam kalimat ini tersirat bahwa orangtua tak banyak melarang, namum memperhatikan dan menyayangi dia.
Pada
usia 3-5 tahun saat anak mulai berkembang inisiatif. Pada saat SD
berkembang ketekunannya dan memasuki remaja mulai muncul konsep diri.
Jadi
semua bagian ini merupakan proses yang harus dijalani, sehingga jangan
mudah berekspresi negatif dan mudah memberi label kurang PD pada anak.
Lingkungan, orangtua dan guru berpengaruh besar terhadap rasa percaya diri anak.
Anak
membutuhkan kalimat penghargaan terhadap diri dan prestasi mereka.
Contohnya "Ayah bangga kamu mampu melakukannya...", "Bunda menghargai
usahamu melakukan...."
Jangan pelit memberikan penghargaan
terhadap prestasi dan kebaikan yang dilakukan anak. Karena reaksi
orangtua berupa senyuman, anggukan, mimik muka bahagia, pelukan,
rangkulan sangat berharga dalam meningkatkan rasa PD anak.
Ajarkan pula anak untuk mengucapkan kalimat postif dan hindari memberikan label negatif pada anak.
Misalnya anak dibilang tidak pintar, pemalu dll, maka dia akan menyesuaikan dengan labelnya itu.
Anak
juga perlu diajar mengambil keputusan dan mengatasi permasalahan dan
kepada siapa mereka bisa bercerita. Namum saat mengajarkan anak
mengenali berbagai alternatif pemecahan masalah, jangan terburu-buru
memberikan jalan keluarnya. Bantulah dia menemukan solusi untuk masalah
yang dihadapinya.
Ajarkan pula pada anak untuk mampu
menerima diri apa adanya, bersyukur dan bahkan bisa menertawakan dirinya
sendiri. Ajarkan supaya dia tidak tegang menghadapi segala persoalan,
tapi mampu menjalaninya dengan ringan, tanpa beban. Hal ini juga penting
untuk menumbuhkan rasa humor pada diri anak.
Namun
selalu saja nasehat akan berjalan efektif jika kita sendiri telah
menjalaninya, maka pertanyaannya adalah sudahkan diri kita (sebagai
orangtua atau calon orangtua) percaya diri??
Wallahu'alam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar