Sore ini saat saya sedang buka twitter, seorang temanku men share satu postingan yang membuatku geleng-geleng kepala, merasa "kok bisa sih?".
Membaca postingan ini membuatku tak tahan untuk tak menulis di blogku.
Saya adalah pengguna aktif internet, saya bukan generasi digital yang terlahir dalam era internet. Saya belajar internet dari murid saya disaat usia saya 30 an. Menyadari kelak keterikatan internet tak ubahnya keterikatan kita pada listrik saat ini, membuat saya berusaha semaksimal mungkin mengikuti perkembangan media-media baru. Semua ini berguna untuk saya pribadi maupun untuk murid-murid saya yang terlahir dalam era digital.
Dalam mengajar murid, saya juga mendekati orang tua murid untuk mau belajar internet dan media-media baru. Maksud saya mengajari para orangtua (khususnya sang ibu) adalah agar mereka dapat mendampingi putra-putrinya saat berselancar dunia maya.
Hal pertama yang saya perlihatkan adalah sisi baik dan buruknya internet (biasanya para ibu-ibu yang tak pernah online shock melihat betapa ganasnya situs porno yang tersaji di internet). Lalu saya ajarkan searching, kemudian saya kenalkan dengan beberapa media sosial, seperti facebook, twitter juga blog.
Namun apa yang terjadi sodara-sodara?
hampir semua murid saya mengeluh, mamanya jadi penguasa komputer/laptop sejak kenal facebook. Padahal maksud saya mengenalkan facebook agar para ibu ini bisa mengontrol siapa apa saja yang ada di facebook anakknya *apa cara saya mengenalkan internet ke ibu-ibu ini salah ya?*.
Bisa jadi anaknya adalah anak yang baik, namun berteman dengan anak yang tak baik di facebook, hingga dapat mempengaruhi perilakunya. Disinilah peran ibu untuk menasehati anaknya.
Sering kali saya jumpai ibu-ibu duduk dekat anaknya mendengarkan anaknya berceloteh tapi konsentrasinya terbagi dengan BB nya.
Kita tidak akan pernah bisa menyalahkan perangkat atas berubahnya perilaku kita. Seharusnya kitalah yang bijaksana atas penggunaan segala perangkat.
Ibu...anakmu bukan hanya butuh kehadiranmu, namun dia juga butuh perhatianmu.
Janganlah hak mereka diambil alih oleh perangkat yang seharusnya membantu meringankankan pekerjaan kita.
Cukuplah sudah kisah-kisah lara (yang seharusnya tak terjadi) karena kelalaian menggunakan perangkat.
(khususnya HP/BB), janganlah bertambah lagi.
Wallahu' alam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ga dhuwe BBga dhuwe BB
BalasHapusaku jd inget kemarin waktu disupermarket ada anak kecil kayabya cerita seruuuu banget sambil ngeliat ke arah ibunya. ibunya asik pegang BB. kadang aku jg jd berkaca, jgn2 quality time sama anakku jg pernah terusik sm kegiatanku di internet :-/
BalasHapusaciiiiikk...akhirnya bisa mampir di blognya sang poto model berkalung gombal yg kesohor itu,, :)
BalasHapus*numpang ngeksis yaaa...* :P
xixixi...makanya gak pernah ol di smart phone...bikin lupa waktyu hehehe
@Aprie Kakang Prabu> nyicil om :d
BalasHapus@mbak Nieke>semoga tulisan ini bisa menginspirasi kita dan yang lainnya ya mbak. Anak lebih penting dari hanya sekedar cekikikan via BBM
@mbak Tisti>horeeeeeee...banca'aaaaaaaaannn...:d