Perempuan Harus Hemat dan Bertangan Seribu

-->

Seorang teman ngetweet begini  : “Laki-laki fokus di satu pekerjaan di satu waktu, dan perempuan melakukan beragam pekerjaan di satu waktu”.
Kalimat itu bisa benar, bisa juga tidak. Namun karena saya adalah seorang perempuan, maka saya hanya bisa menulis dengan pandangan saya sebagai perempuan.

Ketika pindah ke Pekanbaru (sebelumnya saya tinggal di Madiun, Jawa Timur), kami tidak mempunyai  pembantu. Hal ini dilakukan atas nama penghematan pengeluaran. Maka Almh mama membagi tugas pada saya dan abang. Saya bertugas menyapu rumah, menyiapkan peralatan makan saat waktu makan akan tiba dan harus bisa mencuci/setrika baju sendiri. Pekerjaan itu saya lakukan saat duduk di kelas 5 SD. Yang tadinya saya hanya mencuci/setrika baju sendiri, guna menghemat deterjen dan listrik, maka jadilah saya sebagai tukang cuci/setrika seluruh baju anggota keluarga (kecuali baju papa, karena berat dan besar).

Saya melakukan pekerjaan itu dengan riang gembira, karena sambil mencuci saya juga bisa bermain busa deterjen atau main air. Maklumlah anak segitu kan masih suka bermain.
Pengalaman melihat mama saya melakukan pekerjaan rumah tangga, membuat saya berpikir bahwa perempuan harus punya tangan seribu. Ini hanya kata kiasan (tentu mengerikan jika ada yang benar-benar bertangan seribu).

Saya paham benar, bahwa tugas domestik rumah tangga itu tidak ada habisnya, tugas yang dipandang sepele oleh sebagian orang. Cobalah perhatikan, menyapu, mengepel, membersihkan perabot, ngelap kaca jendela, ini saja sudah memakan waktu dan tenaga yang tak sedikit, padahal isi rumah kan bukan hanya meja kursi, ada kulkas yang harus dibersihkan dalamnya, ada pintu yang harus dibersihkan dari bercak-bercak noda, ada karpet yang harus dibersihkan dari debu dan lain-lain.
belum lagi jika harus memasak atau mengurus anak. Wah pekerjaan yang melelahkan bukan?.
Tentu menyenangkan jika kita punya pembantu yang bisa menghandle semua pekerjaan tersebut. Namun tidak semua keluarga mampu menggaji pembantu, atau ada pertimbangan lain untuk tidak menggunakan jasa pembantu.
Kalau kata Almh mama, begini “Berdoalah kelak kamu mempunyai suami yang bisa memenuhi semua keinginanmu, tapi bersiaplah dari sekarang jika suamimu kelak bukan seperti yang ada dalam doamu”.
Artinya, saya harus mempersiapkan diri jika kelak pasangan hidup saya bukalah orang yang saya bayangkan. Di belahan dunia manapun perempuan akan berharap mempunyai pasangan hidup yang penuh kasih sayang, cerdas, cakep, kaya dan sederet kata ideal lainnya. Tapi kehidupan mengajarkan tidak semua orang bisa memenuhi kriteria ideal kita bukan?.

Nah, karena pekerjaan domestik rumah tangga harus diselesaikan dengan baik dan kita juga harus mampu menyisihkan waktu untuk diri kita sendiri (me time), tak pelak lagi pekerjaan harus dilakukan dengan terencana dan efektif. Salah satunya adalah dengan mengerjakan banyak pekerjaan dalam satu waktu. Misalnya seperti yang sering saya lakukan, setelah subuh, sebelum memasak saya melakukan “ritual” minum 3 sendok madu, sisa madu di sendok saya oleskan di wajah sebagai masker alami, lalu saya memasak dengan madu menempel di wajah. Jika masakan tidak perlu diaduk (misalnya saat mengukus/merebus), maka akan saya sambi dengan menyetrika. Sambil memasak saya mendengarkan murotal atau mendengarkan berita di televisi. Dengan begini saya bisa melakukan penghematan waktu sekaligus penghematan biaya kecantikan.
Saya juga menggunakan bagian belakang kertas bekas kalender sobek (itu lho kalender yang setiap hari harus disobek, agar tanggalnya sesuai dengan waktu) sebagai kertas coret-coret, menggunakan kertas sisa pola untuk catatan buat mbak-mbak yang membantu menjahit di studio jahit.
Atau lihatlah para ibu-ibu yang sibuk membandingkan harga saat di supermarket, mereka pastilah sedang melakukan upaya penghematan.

Saya pernah belanja bersama ayah, dan ternyata beliau sangat tidak sabar saat saya mulai membandingkan harga minyak goreng. Saya sibuk membaca kandungan minyak goreng sekaligus mencari harga yang terendah. Padahal selisih harganya hanya seribu.
Sejak saat itu saya tak lagi mau belanja bersama ayah. Saya pun berpikir, apakah semua laki-laki juga sama tak sabarnya menemani istrinya belanja?. Semoga tidak ya, cukup ayah saya saja.

Bagi perempuan, cerdas dalam berhemat adalah mutlak, karena dia yang kelak akan menjadi pengelola keuangan keluarga. Riskan jika ketika budget yang diberikan suami pas-pas an lalu kita meminta lebih, waduh… saya tidak mengerti bagaimana ujungnya jika istri minta lebih uang belanja, karena saya diajarkan untuk menerima lalu mengelolanya saja, tanpa harus meminta lebih. Apalagi jika kita paham, beliau (suami maksudnya) sudah bekerja keras melaksanakan tanggung jawabnya.

Benarlah adanya jika perempuan harus pandai berhemat dan harus rajin dan "bertangan seribu".
Apakah laki-laki tidak demikian?, ya harus duuuuunkkk….
Tapi karena saya perempuan, maka saya hanya bisa berbagi dengan apa yang saya rasakan sebagai perempuan.

Mari berhemat, berhemat bukan berarti pelit (beda jauh ciiiinnn)


Wallahu a’lam bishshawab



3 komentar:

  1. Hmmm...dikau mmg seorang wanita yang tegar, jarang ada yang sprtimu, aku salut n kagum. selamat n sucses Nov...

    BalasHapus
  2. @anonim > Amin, terimakasih pak Tiyang (aku tahuini komentarnya pak Tiyang:) )

    BalasHapus
  3. wahh.... mbak novi kerennn...... suka.... suka... suka... ajari dunk mbak..... ^^

    BalasHapus

Copyright @ Elsenovi Menulis | Fluzu theme designed by Pirawa