“Miss Datang Bulan Ya?”

Judul diatas adalah pertanyaan murid saya (saya guru les privat) yang akan terus diulang jika telah masuk waktu sholat, dan saya tidak menunaikannya.
Bagi saya pertanyaan seperti itu biasa saja.
Tulisan ini, berdasarkan pengalaman saya mengajar, melihat kebutuhan murid akan pengetahuan seksual.
Saya paham, saya bukan guru terbaik, namun saya berani meyakinkan pembaca, bahwa saya mengajar memberikan yang terbaik yang saya punya.

Saya pernah melihat dengan mata saya sendiri, bagaimana seorang anak SMA kelas 2 harus rela keluar (atau dikeluarkan?) sekolah karena hamil.
Saya melihat sinar mata itu, saya kenal anak itu, dan saya tahu potensinya.
Seorang mayoret di sekolahnya, pembawaannya ramah, ceria, tidak sombong. Tapi apa daya…kesempatan dia menikmati indahnya masa remajanya terenggut paksa oleh pilihan sadarnya sendiri, melakukan hal yang seharusnya belum layak dia lakukan.

Jika pada zaman saya (sumpah bukan jaman perang kemerdekaan), saya mempelajari anatomi tubuh dan sistem reproduksi kelas 2 (atau kelas 1 ya?) SMP, maka sekarang, murid yang duduk di kelas 5 SD sudah mempelajarinya.
Bicara tentang seks?? Hiii..jijay, tabu..begitu tanggapan sebagian orang. Namun tidak buat saya.
Bersamaan dengan gencarnya arus informasi yang mengatasnamakan pendidikan seks (entah itu benar atau tidak), saya mencermati ada hal yang tidak sesuai dengan norma yang saya anut.
Beberapa kali saya dapati adanya informasi yang keliru (menurut saya lho), yang tujuannya semata hanya untuk mengarahkan remaja kepada how to have a safe sex saja, yang menurut saya tidak pernah menyelesaikan masalah, bahkan mungkin menimbulkan masalah baru.

Pengalaman saya mentransfer pendidikan seks, tidak terlepas dari aqidah, apapun agama yang dianutnya.
Seringkali anak-anak tertawa lucu saat kita menerangkan fungsi beberapa organ tubuh. Namun ekspresi kita yang tidak ikut tertawa (juga tidak cemberut atau tegang) dapat membantu menerangkan kepada mereka bahwa hal ini bukan untuk ditertawakan.
Biasanya jika murid sudah tertawa, saya akan menunggunya hingga mereda, jika sudah mereda, saya akan menanyakan “Ada yang lucu?”, “Ada yang aneh?”.
Dan saya tidak pernah menggunakan bahasa lain untuk menyebutkan anggota tubuh selain sesuai dengan bahasa biologinya. Penyebutan ini sangat penting, karena yang membuat mereka tertawa biasanya adalah saat menyebutkan beberapa anggota tubuh dengan penyebutan yang lazim digunakan di masyarakat umum. Jangan pernah menyebutkan penis dengan burung, dsb, karena selain salah, penyebutan itu membawa pikiran anak membayangkan organ yang tabu untuk disebut dan menghilangkan “link” bahwa itu adalah anggota tubuhnya yang layak untuk dijaga dan dimengerti fungsinya, sehingga diharapkan jika dia mengerti fungsinya, maka dia akan menjaganya dan merawatnya dengan baik.

Karena bagi saya tidak tabu jika harus mengatakan saya sedang datang bulan, maka  pernyataan saya itu memancing mereka bertanya, apa sih datang bulan itu?.
Ya jelaskan saja, bahwa itu adalah hal yang normal terjadi pada setiap perempuan, lalu kita bisa menerangkan sebab terjadinya datang bulan (tidak ada yang lucu dan tidak ada yang porno kan saat menerangkan mengapa seorang perempuan harus mengalami datang bulan)
Selain itu saat menerangkan fungsi-fungsi anggota tubuh (dan cara merawatnya)selalu hubungkan dengan ajaran agama yang dianutnya. Ini memberi koridor pada mereka, apa saja yang boleh dan tak boleh dilakukan dengan anggota tubuhnya tersebut. Misalnya tentang perilaku menghayalkan sex, yang bisa menjerumuskan mereka pada perbuatan onani atau masturbasi, sex pra nikah, hamil sebelum menikah dsb.
Diharapkan dengan adanya keterbukaan kita-kita yang telah dewasa ini untuk menerangkan pengetahuan sex kepada anak-anak/remaja, dapat menghindarkan mereka dari kasus-kasus seksualitas yang menggejala seperti sekarang ini.
Terangkan kepada mereka, “Untuk apa sih kamu diciptakan?”, “Kamu juga harus tahu apa sih fungsinya ada laki-laki dan ada perempuan?” dan “Apa pula fungsinya semua organ tubuh? dan bagaimana cara merawatnya?”
Pahamkan kepada mereka bahwa mereka akan menjadi manusia dewasa yang berakal dan akan dimintai pertanggungjawaban atas semua yang mereka kerjakan.

Wallahu’alam

5 komentar:

  1. hmm, beda kasus sama yg aku ceritakan td ya mbak. kirain org yg sama *yaeyallah beda, tahunnya jg udah beda banget kali'* :D

    BalasHapus
  2. @mbak Nieke >hehehe...iya mbak beda kasus
    smg kita semua terhindar dari hal sedemikian ya mbak.

    BalasHapus
  3. siaap bu Guru... *sambil ngebayangi bu guru lagi nerangin. apakabar kaka? *muaah

    BalasHapus
  4. wow...informasi yg menarik, semenarik artikelnya heheheheee ;)

    Ini Blogku & Blog'e Cah Nganjuk mensupport blog sista agar trs berkarya...keep write sist biar cpt dpt pr dr google :)

    BalasHapus
  5. @Ayankmira >hahah..nerangin apa say?...kabar baik say. makasih ya
    @Berbagi Ilmu Pengetahuan > terimakasih

    BalasHapus

Copyright @ Elsenovi Menulis | Fluzu theme designed by Pirawa